Rekomendasi Buku-Buku Pengantar Tasawuf
Beberapa buku tentang “Pengantar Tasawuf” yang ditulis oleh orang-orang Indonesia.
Jika anda ingin membaca ataupun mengenal tasawuf, maka bisa membaca beberapa rekomendasi dari kami tentang buku yang bercorak “pengantar”. Kami telah mengumpulkan beberapa buku yang bisa anda baca sebagai pemula dan pengantar kepada tasawuf atau sufisme, tentunya yang ditulis oleh sarjana yang berasal dari Indonesia.
Masing-masing dari buku yang ditulis dibawah ini beberapa gaya penulisan yang berbeda, karena setiap penulis ingin menunjukkan beberapa segi atau dimensi dari tasawuf itu sendiri.
1. Mengenal Tasawuf – Haidar Bagir (Mizan, 2019)
Dalam buku ini, Haidar Bagir ingin mengenalkan kepada para pembacanya apa yang disebut sebagai tasawuf teoretis (nazhari) dan tasawuf praktis (‘amali).
Masing-masing dari dua konsep tersebut terdapat beberapa ciri, misalnya dalam aspek praktis terdapat mujadahah dan riyadhah, yang merupakan laku seorang salik untuk menjalankan tasawuf, dengan melewati beberapa maqam (tingkatan) dan hal (keadaan hati)
Sedangkan dalam aspek teoretis, hal ini mencakup beberapa konsep filosofis. Misalnya seperti pemahaman tentang wujud, yang meliputi baik itu Tuhan, alam semesta dan manusia itu sendiri.
Dalam buku ini Haidar Bagir juga ingin memberikan pemahaman apa itu yang dimaksud dengan Islam Cinta, dan menjadikan tasawuf sebagai landasan dari Islam Cinta itu sendiri.
Haidar Bagir juga memberikan konsep-konsep kunci dari apa yang disebut sebagai Tasawuf Positif. Konsep Tasawuf Positif merupakan antitesa dari Tasawuf Negatif yang muncul pada awal-awal tasawuf muncul.
Dalam buku ini Haidar Bagir menekankan pentingnya bagi seorang salik untuk bertasawuf secara rasional-filosofis, yang mana hal itu juga merupakan jawaban bagi sebagian kalangan yang bersifat negatif terhadap tasawuf. Dengan tetap berpegung teguh pada al-Quran dan Hadis.
2. Tasawuf dan Perkembangannya dalam Islam – Simuh (IRCiSoD, 2019)
Jika anda ingin meneliti bagaimana sejarah dan perkembangan tasawuf, maka buku ini cocok bagi anda yang ingin meneliti kajian tasawuf.Simuh, dalam buku ini telah membuka gerbang atau pintu utama bagi seseorang yang ingin mengkaji tasawuf. Ini bisa dilihat dalam bab pertama yang membahasa tentang “Penelitian dan Kajian Tasawuf”.
Dalam bab tersebut, Simuh mencoba membedakan antara penelitian agama dan penelitian ilmiah dengan menggunakan metode-metode penelitian sosial.
Ia menuliskan beberapa bab/obyek yang menjadi tema atau yang menjadi bahasan dalam pengkaji awal atau mengkaji tasawuf. Maka tidak heran, jika buku ini bisa dikatakan buku akademis karena beberapa rujukannya merujuk karya sarjana tasawuf.
Simuh juga terkenal dengan buku-buku tasawuf yang ia tulis sendiri, seperti Sufisme Jawa: transformasi tasawuf Islam ke mistik Jawa & Mistik Islam Kejawen Raden Ngabehi Ranggawarsita yang berasal dari Disertasinya.
3. Tasauf, Perkembangan dan Pemurniannya – HAMKA (cet. 12. Panjimas, 1983)
Buku ini—bisa dibilang—buku penulisan sejarah atau historiografi tasawuf pertama yang ada di Indonesia. Jika anda ingin membaca dan mengetahui perkembangan tasawuf dari masa ke masa maka buku ini buku yang pas buat anda.
Buku ini, dikemudian hari, banyak dirujuk oleh buku-buku yang ditulis untuk menjelaskan apa itu dan bagaimana perkembangan tasawuf oleh penulis buku tasawuf lainnya.
HAMKA dalam penulisannya meruntut bagaimanakah ajaran dan konsep tasawuf itu muncul. Ia memulai dengan kehidupan pada masa Rasulullah, sahabat, hingga munculnya para sufi-sufi pertama dalam sejarah tasawuf.
Dalam buku ini, HAMKA menampik tudingan bahwa ajaran tasawuf ini berasal dari ajaran atau agama lain, seperti Hindu, Persia, Kristen dan Filsafat Yunani. Hal itu sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh sarjana barat atau kalangan orientalis.
HAMKA dalam bukua membela bahwa tasawuf itu berdasarkan dan telah dicontohkan oleh perilaku Rasulullah, Sahabat dan ada dasarnya dalam al-Qur’an dan hadis. Hal itu ditunjukkan dengan adanya bab khusus dan banyak halaman atas pemebelaan HAMKA terhadap dasar-dasar tasawuf.
Sebagai penulis prolifik dengan berbagai teme keislaman. HAMKA juga menulis beberapa buku tasawuf lainnya, antara lain : Tasawuf Modern & Renungan Tasawuf.
4. Pengantar Sejarah Sufi & Tasawwuf – Abubakar Aceh (cet. 5, Ramadhani,1992)
Sama seperti HAMKA, Abubakar Aceh, menulis buku ini dengan gaya penulisan sejarah. Abu B. Aceh dalam buku ini lebih detail dan mendalam dalam menjelaskan perkembangan tasawuf dari masa ke masa.
Makanya tidak heran, meskipun judulnya ada kata “Pengantar” tapi buku ini berisikan sekitar 400 lebih halaman. Hal ini didukung dengan sumber-sumber yang digunakan dalam penulisan buku ini.
Abubakar Aceh memperdalam setiap pemikiran dan ajaran para tokoh sufi, praktik, konsep tasawuf dan menyinggung tarekat. Ia menuliskan dalam pendahuluannya, bahwa merasa kesulitan akan sumber ketika mengajarakan tentang tasawuf dan filsafat. Maka dari itu ia menulis buku ini.
Maka buku ini cocok bagi yang sudah membaca karya HAMKA sebelumnya, dan kemudian membaca karya dari Abubakar Aceh ini. Bisa dibilang karya HAMKA sebagai dasarnya maka karya Abubakar Aceh ini adalah bangunannya.
Abubakar Aceh sendiri juga terkenal sebagai penulis prolifik. Ia menulis berbagai buku dalam bidang kajian Islam atau Islamic Studies. Setelah menulis buku ini; ia melanjutkan menuliskan buku-buku kajian tasawuf lainnya; Pengantar Ilmu Tarekat, Pengantar Ilmu Hakikat & Ma’rifat, Wasiat Ibn Arabi & Tarikat dan Tasawuf.
5. Pengantar Ilmu Tashawuf – Yunasril Ali (Pedoman Ilmu Jaya, 1987)
Jika kedua buku diatas (HAMKA dan Abubakar Aceh) terlalu tebal, maka buku ini bacaan ringkas atau bisa dikatakan ringkasan dari dua buku tersebut. Bisa dibaca hanya dengan sekali duduk.
Sesuai dengan namanya Pengantar Ilmu Tasawuf, Ali ingin memberikan informasi awal tentang apa itu tasawuf, ajaran, sejarah dan perkembangannya secara ringkas. Penulis ingin menghadirkan tasawuf—dalam buku ini—sebagai ilmu dan obyek pengkajian selanjutnya.
Dalam buku ini, Ali menolak pandangan beberapa sarjana barat atau orientalis yang menyamakan Tasawuf atau Sufisme dengan mistisisme. Karena bagi Ali, tasawuf tidaklah sama dan mempunyai tujuan yang berbeda dengan mistisisme agama lain. Meskipun ada beberapa ajaran tasawuf yang sama dengan konsep mistisisme seperti penyatuan dengan Tuhan.
Ia menuliskan bab yang menjelaskan obyek dan manfaat dari tasawuf. Ia disini menegaskan bahwa tujuan dari Tasawuf adalah untuk membersihkan hati dan sikap manusia dalam membangun hubungan dengan Allah. Selain itu ia juga menuliskan bab tentang hubungan tasawuf dengan ilmu-ilmu agama lainnya, seperti syariat Islam, fiqih. Tauhid dan psikologi. Hal ini sekaligus menekankan apa yang dibela oleh Ali sendiri tentang penolakannya, yang menyamakan tasawuf dengan mistisisme.
Yunasril Ali sendiri merupakan sarjana bidang tasawuf yang produktif. Ia banyak menulis buku-buku dan artikel jurnal yang bertemakan tasawuf. Antara lain; Studi Tasawuf; Jalan Kearifan Sufi;Spiritualitas Ibadah;Pilar-Pilar Tasawuf; Membersihkan Tasawuf dari Bid’ah dan Khurafat;Manusia Citra Ilahi (Disertasi), Jatuh Hati Pada Ilahi dan Sufisme dan Pluralisme.
6. Mengurai Tasawuf, Irfan & Kebatinan – Muhsin Labib (Lentera, 2004)
Dalam buku ini, penulis ; Muhsin Labib, ingin mengenalkan tiga bentuk mistisisme dari tiga kelompok sekaligus, Tasawuf (Sunni), Ifan (Syiah) & Kebatinan (agama lokal Indonesia).
Mungkin buku ini adalah buku pertama yang membahas tentang Irfan dari kalangan Syiah yang ditulis oleh penulis Indonesia. Tidak mengherankan, sang penulis sendiri Muhsin Labib merupakan aktivis Syiah.
Jika anda ingin mengetahui konsep dasar-dasar Irfan dan persinggungannya dengan tasawuf dan kebatinan maka buku ini bisa menjadi pengantar bacaan awal. Labib mengenalkan beberapa konsep Irfan Syiah dengan mengutip beberapa ulama Syiah langsung, misalnya seperti Mulla Sadra. Yang membedakan antara tasawuf dan irfan adalah, tentang penolakan kaum sufi terhadap konsep walayah atau imamah syiah dari Ahl-Bait.
Dalam buku ini, Labib memperkenalkan beberapa konsep yang ada pada tasawuf dan irfan lalu membandingkan keduanya dengan berdasarkan referensi-referensi yang otoritatif dalam dua bidang tersebut. Disamping ia juga membahas tentang kebatinan agama-agama Indonesia yang juga memiliki persinggungan yang kurang lebih sama dengan tasawuf dan Irfan.
Konsep Irfan yang ditulis oleh Labib memiliki kesamaan dengan buku Mengenal Tasawufnya Haidar Bagir (nomer satu). Labib dan Bagir mengikuti Murtadha Mutahhari dalam buku Mengenal Irfan, yang membagi Irfan atau tasawuf menjadi dua, yaitu Irfan Amali dan Irfan Nazhari.
7. Sufisme: Sejarah Spiritualitas Dalam Islam – Fahmi R. Mahendra (AHI, 2024)
Buku yang terakhir ini adalah buku yang kami susun dan kami tulis. Kami disini menawarkan tentang pembacaan tentang sejarah tasawuf dan bagaimana perkembanganya dari masa ke masa.
Fokus penulisan kami pada buku ini adalah tentang sejarah sufisme yang sekiranya jarang atau tidak dituliskan dalam buku-buku diatas. Disini kami ingin mengambil lanskap yang lebih luas dari perkembangann sufisme itu sendiri
-------------------------
Tentunya selain buku-buku diatas, masih terdapat buku-buku pengantar tasawuf lainnya. Disini kami hanya merekomendasikan versi kami sendiri yang sekiranya bisa dibaca oleh orang awam atau yang baru atau akan mengenal tasawuf. Mungkin akan ada part atau bagian selanjutnya untuk membahasnya.Beberapa buku diatas ada yang masih bisa didapatkan cetakan aselinya dan adayang sudah tidak dijual atau tidak dicetak lagi, kecuali jika ada yang menjual bekasnya.